Notification

×

Iklan

Iklan



Hanifa Siswa Yang Bongkar Potongan PIP SMAN 7 Cirebon, Mengaku Diintimidasi

Minggu, 16 Februari 2025 | Februari 16, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-02-16T13:51:42Z
Hanifa Siswa Yang Bongkar Potongan PIP SMAN 7 Cirebon, Mengaku Diintimidasi

Cirebon - RIN

Buntut dari sikap berani Hanifah dan rekannya, Ganis, mengadukan kasus pemotongan PIP di SMA 7 Cirebon, keduanya mengaku mendapat intimidasi. Karenanya, mereka berdua kemudian bertemu dengan KPAID, untuk mendapatkan pendampingan.

"Awalnya, KPAI ingin tahu secara langsung bagaimana bentuk intimidasi yang kami alami. Kami menceritakan semuanya, termasuk siapa oknum gurunya," ujar Hanifah, seperti dikutip dari Tribun

Dia juga menyebutkan, pihak KPAID menanyakan detail intimidasi yang mereka alami dan memberikan dukungan dengan menawarkan perlindungan serta konseling psikologis secara gratis.

"Kami cerita dari awal, dari aksi protes sampai akhirnya bertemu Kang Dedi Mulyadi. Semua kami sampaikan, termasuk kecemasan kami." Kisahnya.

Setelah itu, lanjutnya, mereka diminta mengisi data untuk mendapatkan perlindungan dari KPAID dan konseling gratis.

Sementara itu, Kasie Intel Kejari Kota Cirebon, Slamet Haryadi, sejauh ini pihaknya belum menerima adanya laporan soal dugaan pemotongan PIP di SMA Negeri 7 Cirebon. 

Kendati demikian, Slamet menyatakan pihaknya akan tetap menyelidiki jika laporan sudah masuk.

Saat ini, Kejari Kota Cirebon sedang dalam proses pengumpulan data dan keterangan terkait hal tersebut. 

Sebelumnya, Hanifah mengadu adanya pungutan SPP dari sekolah hingga bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) yang dipotong sebesar Rp 200 ribu.

Menurutnya, uang itu bukan untuk sekolah, melainkan untuk partai politik. PIP per siswa dapat Rp 1,8 juta. Tapi ternyata kemudian diambil Rp 250 ribu untuk partai. 

“Kita ke bank, di depan pintu ada guru dan TU buat ambil buku tabungan, pin, sama kartu kita." Jelasnya.

Bukan soal PIP saja, siswa juga dimintai uang gedung Rp 6,4 juta.

"Sebelumnya kita dimintai Rp 8,7 juta, orang tua enggak terima kalau kita harus bayar Rp8 juta. SPP kita tiap bulan Rp200 ribu," ungkap Hanifah.

Hanifah juga mengadukan perihal adanya permintaan uang pembelian buku dan juga sumbangan masjid.

"Uang LKS Rp300 ribuan ke atas. Kelas 10 juga kita ada sumbangan masjid, seharusnya kan seikhlasnya tapi dipatoki Rp150 ribu," pungkas Hanifah.


(***)

×
Berita Terbaru Update