![]() |
Tim SAR Sedang Mencari Korban |
Bener Meriah - RIN
Satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua ana, ditemukan tewas dan membusuk setelah diangap hilang selama 10 hari. Sementara bayi 8 bulan masih belum ditemukan jasadnya.
Tragisanya, sekeluarga ini diduga jatuh ke jurang saat pulang dari kebun pada Senin (27/1/2025) malam, saat itu kondisi jalanan licin di bawah guyuran hujan lebat. Diperkirakan bayi 8 bulannya hanyut terbawa air sungai.
Kejadian ini terungkap setelah 10 hari tanpa kabar, satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan dua anak mereka, warga Kampung Rakit Musara, Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah kemudian ditemukan dalam kondisi meninggal dunia pada Kamis (6/2/2025).
Jasad tiga orang dari keluarga tersebut ditemukan sudah membusuk di dalam jurang.
Diduga satu keluarga ini tergelincir ke dalam jurang saat pulang dari kebun kopi saat pada Senin (27/1/2025) malam.
Kala itu, kawasan tersebut sedang diguyur hujan lebat sehingga diduga tebing jalan amblas ke jurang.
Ada pun identitas para korban yaitu, Hotman Pandapotan (45), dan istrinya Lina Susanti (35), serta dua anak mereka masing-masing Habib Amirullah berusia 6 tahun, dan Arkan masih berumur 8 bulan.
Jasad yang sudah ditemukan masing-masing Hotman Pandapotan, Habib Amirullah, dan Lina Susanti dengan kondisi sudah berwarna hitam, membusuk, dan mengeluarkan bau yang menyengat.
Ketiga korban ini ditemukan pada Kamis (6/2/2025), atau 10 hari sejak terakhir satu keluarga ini sempat berinteraksi dengan warga sekitar.
Kronologi kejadian
Soni Ari Nosra yang merupakan adik kandung dari korban Lina Susanti (35), saat itu dilanda kecemasan karena sudah 10 hari adiknya beserta suami dan anak mereka tidak ada kabar.
Terlebih lagi, para korban juga tidak tampak kehadirannya di tempat pesta keluarga di Kota Subulussalam.
Kemudian, Soni mencoba mencari tahu keberadaan kakaknya kepada warga setempat.
Petunjuk dari warga bahwa keluarga kakaknya itu terakhir kali dilihat oleh warga dalam perjalanan pulang dari arah kebun pada Senin (27/1/2025) malam.
Lalu, adik korban mengajak beberapa warga lainnya untuk melakukan pencarian di seputaran korban terakhir dilihat oleh warga.
Di lokasi itu, adik korban bersama warga sempat turun ke jurang menyusuri aliran sungai.
Sekitar 500 meter usai melakukan penyisiran, betapa terkejutnya adik korban dan warga menemukan jasat Hotman Pandapotan yang sudah berwarna hitam dan membusuk.
Diperkirakan korban telah meninggal dunia selama 10 hari, sebelum akhirnya ditemukan.
Penemuan jasad ini pun langsung disampaikan kepada aparat desa serta diteruskan ke pihak berwajib.
Sebelum tragedi ini terjadi, keseharian keluarga Hotma Pandapotan menghabiskan waktunya bekerja sebagai petani kopi yang jarak kebunnya sekitar 3 kilometer dari rumahnya.
Tepatnya, pada Senin, 27 Januari 2025 lalu, keluarga kecil ini berencana pulang dari kebun hendak menghadiri pesta keluarga di Kota Subulussalam.
Mereka berangkat dari rumah kebun, sekitar pukul 18.00 WIB sore, dengan menggunakan sepeda motor.
Tapi dalam perjalanan, sepeda motor yang dikendarai mereka mengalami bocor ban.
Hal ini memaksa mereka singgah di rumah seorang warga untuk memperbaikinya.
Usai ban ditempel, mereka kembali melanjutkan perjalanan.
Namun naas, sepeda motor mereka kemudian kembali mengalami bocor ban.
Karena kondisi semakin gelap dan hujan semakin deras, warga itu pun meminjam sepeda motornya untuk keluarga Hotma agar bisa terus melanjutkan perjalanan.
Bermodal jaket plastik dan senter kecil, keluarga ini kemudian melanjutkan perjalanan. Naasnya lagi, di tengah perjalanan dengan jalan yang menanjak, sepeda motor yang mereka ditumpangi mogok.
Saat itulah, satu keluarga ini bertemu dengan saksi Anwar.
Saksi Anwar kala itu dari kampung hendak ke kebun, bertemu korban sekira pukul 20.00 WIB.
Kondisi malam itu sedang diguyur hujan deras dan jalanan sudah dipenuhi air.
Lalu mereka kambali jalan pulang dalam kondisi menanjak dengan berjalan kaki, itu terakhir kami lihat mereka," cerita Anwar.
Warga lain mengungkapkan, jika tak jauh dari lokasi korban bertemu dengan saksi Anwar, ada sisi jalan amblas dan curam sedalam 30 meter yang mengarah ke dalam sungai.
"Posisi kan malam, mungkin tidak nampak, jadi dugaan kami jika para korban meninggal karena tergelincir ke dalam jurang ini, kan airnya deras jatuh ke bawah arah ke sungai," bebernya.
Dugaan para warga jika korban tergelincir ke jurang pun diperkuat dengan ditemukannya jasad korban Hotman Pandapotan di pinggir aliran sungai.
Tepatnya di bawah tebing, persis di tempat jatuhnya air dari jalan yang rusak tersebut.
Sementara anak korban, Habib Amirullah ditemukan sekitar 300 meter terbawa arus sungai, dan Lina Susanti sekitar 5 kilometer dari jasat Hotman Pandapotan yang pertama kali ditemukan.
Kalak BPBD Bener Meriah melalui Kabid Kedaruratan dan Logistik, Anwar Sahdi mengatakan, hingga Jumat (7/2/2025), hanya tiga jasad yang sudah dievakuasi.
Sedangkan Arkan, bayi yang masih berusia 8 bulan, hingga saat ini belum ditemukan.
Jasad Lina Susanti pada Jumat pagi, sudah dievakuasi dan rencana langsung dikebumikan di kampung setempat.
"Jasad ketiga tadi yaitu Lina Susanti sudah dievakuasi tadi pagi, kalau jasad Hotman Pandapotan dan Habib Amirullah, tadi malam sudah dikebumikan," ujarnya.
Diterangkan dia, pencarian terhadap jasad bayi berusia delapan bulan itu terpaksa dihentikan sementara lantaran tak kunjung ditemukan.
Begitu juga penyisiran di aliran sungai, tapi jasad bayi mungil itu belum ada tanda-tanda keberadaannya.
"Maka poses pencarian ini terpaksa dihentikan sementara," pungkasnya.