Diambil Dari Kisah Nyata
![]() |
Ilustrasi Sosok Jin |
Sekitar tahun 70 an, ada seorang kaya raya di kampung nya, sebut saja namanya Asep. Usia nya waktu itu kira kira 40 th. Orangnya tampan, hidung mancung mirip keturunan Arab. Tapi saat itu dia belum juga menikah. Entah karena sibuknya mengurusi kekayaannya, atau memang dia belum punya hasrat untuk menikah.
Di kampungnya, Asep memang bisa dibilang orang yang paling kaya raya. Hampir separuh dari tanah perkampungan itu, milik Asep. Kebanyakan nya pesawahan dan ada sebagian perkebunan. Anehnya, meskipun kekayaan dan tanahnya begitu luas, Asep sama sekali tidak punya pembantu, ataupun penjaga kebun. Walau begitu, tak seorang pun ada yang berani mengganggu tanah, apalagi nyolong buah buahan di kebun nya.
Lantaran kalau ada yang berani mendekat ke kebun nya, hanya beberapa meter saja jaraknya pasti langsung kabur terbirit birit. Entah yang dia lihat, namun yang jelas orang tersebut pasti ketakutan. Dari sanalah, orang orang kemudian menduga kalau Asep memelihara Jin untuk menjaga kekayaan nya.
Pada suatu ketika, Asep melamar seorang perempuan asal desa tetangga. Sebut saja Randita. Perempuan itu masih ada kekerabatan dengan Asep. Konon kabarnya Asep sengaja menikahi Randita karena tidak ingin kekayaan nya jatuh ke tangan orang yang diluar garis keturunan nya. Singkat cerita, mereka pun resmi menikah, Randita kemudian tinggal di rumah Asep yang begitu besar.
Pada awal awal menikah, rumah tangga mereka berjalan seperti apa adanya. Tak ada kejadian yang aneh. Hanya saja, Randita saat itu merasa kurang bahagia, karena Asep sikapnya dingin. Jarang sekali punya waktu untuk dirinya. Bahkan Randita seringkali ditinggal sendirian di rumahnya yang begitu besar, yang tentunya membuat Randita merasa ketakutan.
Berkali kali Randita meminta ke Asep untuk memperkerjakan pembantu, tapi Asep selalu menolak nya. Alasan nya ada aja. Tapi tak masuk akal.
Suatu ketika, saat Asep pergi ke luar kota, Randita mengalami sebuah kejadian yang membuatnya heran. Malamnya Randita didatangi Rampok. Ada sekitar enam orang saat itu yang masuk ke rumah dengan cara mencongkel jendela. Tentu saja Randita takut bukan kepalang. Randita hampir disekap.
Tapi saat dalam keadaan yang sangat berbahaya itu, tiba tiba para perampok itu berjatuhan sendiri, gak bisa bangun lagi. Saat itu Randita berteriak minta tolong. Orang orang berdatangan. Para perampok pun akhirnya bisa ditangkap, dan digiring ke kantor polisi.
Randita benar benar heran dengan kejadian tersebut. Sebab rumah yang dia tempati seperti dilindungi oleh mahluk gaib. Saat
Asep pulang, Randita menceritakan semuanya. Tapi Asep cuman menjawab, kalau itu hanya kebetulan saja. Kamu gak usah mikirin soal itu.
Di lain waktu, Asep pamit lagi ke Randita kalau dia mau pergi ke luar kota, urusan bisnis. Randitapun bilang iya, dia berpesan agar Asep jangan lama lama. Asep bilang paling juga tiga hari katanya.
Malamnya, Randita kembali harus tinggal sendirian. Tak ada perasan takuat atau gimana, karena memang hal itu udah terbiasa.
Namun kira kira baru lewat Isa. suasana tiba tiba terasa begitu mencekam. Terdengar anjing melolong sayup sayup di kejauhan, diiringi suara angin yang bergemuruh. Bulu kuduk Randita pun terasa merinding. Jantung berdebar. Randita bener bener ketakutan. Apalagi saat itu dia hanya sendirian di rumah.
"Mau ada apa atuh ini teh sebenarnya.." gumam Randita.
Randita bangun dari duduknya, berjalan perlahan mendekati pintu kamar. Wuuus..! seperti ada sekelebat bayangan melintas masuk ke dalam kamar. Langkah Randita pun spontan berhenti. Lututnya semakin gemetaran. Randita terus memandang ke pintu kamar.
"Ada apa sebenarnya di rumah ini teh atuh.." gumamnya lagi.
Agak lama Randita berdiri termenung. Perasaan nya semakin tak menentu. Mau masuk ke kamar gak berani. Diam di situ juga takut. Tapi kemudian Randita berusaha untuk tenang. Lalu memberanikan diri lagi melangkah pelan mau masuk ke kamarnya.
Tapi baru satu atau dua langkah, prang..! tiba tiba terdengar seperti suara piring jatuh di dapur. Randita kaget lagi. Jantungnya semakin terasa deg degan. tapi ada rasa penasaran juga dalam hatinya. Apa sebenarnya sebenarnya yang jatuh.
Randita kemudian berbalik melangkah pelan menuju ke ruang dapur, membuka pintu, Tapi pas melihat ke rak piring, ternyata gak ada satupun piring atau gelas yang jatuh. Randita bener bener heran, dan makin takut. Bulu kuduknya semakin merinding.
Blug.. Pintu ditutup kembali.
Randita bener bener takut, setengah berlari mau masuk ke kamar. Ketika itu terdengar suara pintu diketuk keas keras.
"Nyai.. Buka pintu nya, Nyai.. Ini akang.." terdengar suara orang memanggil Randita dari luar. Suaranya persis seperti suara Asep.
Deg.. Randita kaget. Spontan kakinya berhenti melangkah.
"Seperti suara kang Asep.. " kata Randita dalam hati.
"Nyai.. Ini akang, Nyai.. Buka pintunya.." suara itu terdengar lagi. Makin jelas, memang itu suara Asep.
"Itu bener suara kang Asep.. Tapi kok udah pulang.. Katanya mau pergi tiga hari.." Randita angak ngemplong. Tapi masih ada rasa ragu di dalam hatinya.
"Bener itu teh kang Asep?" Randita memberanikan diri bertanya.
"Iya, Nyai.. Masa kamu gak kenal suara suamimu sendiri.." jawab yang di luar.
"Iya, kang.. Tunggu sebentar.." kata Randita lagi, sambil melangkah mendekati pintu depan.
Tapi pas sampe ke dekat pintu, Randita kembali merasa ragu.
"Buka jangan ya.. Jangan jangan bukan kang Asep.." gumam nya lagi.
Randita lalu mengintip dari balik gordeng. Ternyata benar, di luar memang Asep sedang berdiri di depan pintu.
"Bener kang Asep.."
Randita buka pintu pelan pelan. Bray pintu terbuka. Asep langsung buru buru masuk.
"Kok akang udah pulang.. Katanya tiga hari.." tanya Randita.
"Aku kangen sama kamu, Nyai.." jawab Asep.
Lalu narik tangan Randita mengajaknya masuk kamar.
Di sini Randita merasa aneh. Terasa ada yang janggal. Tidak biasanya Asep bersikap seperti itu. Asep orangnya dingin. Boro boro bersikap mesra. Malah untuk sekedar ngobrol saja gak punya waktu biasanya.
"Sebentar, kang.. Pintunya belum dikunci.." kata Randita sambil melirik ke arah pintu. Di sini Randita kaget lagi. Ternyata pintu sudah tertutup rapat.
"Udah, Nyai.. Ayo kita tidur.." kata Asep sambil menarik lagi tangan Randita mengajaknya ke kamar.
Randita benar benar seperti terhipnotis. Meski banyak yang aneh. Dia menuruti saja keinginan Asep, masuk kamar. Blug.. terdengar suara pintu kamar tertutup. Akhirnya suara merekapun tak terdengar lagi.
Pagi nya, Randita sudah bangun. Lalu bersih bersih di luar, mengepel dan menyapu halaman. Tiba tiba ada sebuah delman berhenti di depan rumahnya. Ternyata Asep baru pulang, bawa banyak barang belanjaan. Randita kaget, shock.
"Lho.. Itu kang Asep baru pulang.. Lalu yang tidur bersamaku semalam siapa..?" gumam Randita.
Randita bener bener bingung. Kepalanya terasa pusing. Saking pusingnya, Randita pun akhirnya jatuh pingsan.
Sejak saat itu konon Randita menjadi seperti orang yang hilang ingatan.
Pengarang Abun Burhanudin